Selasa, 15 Juni 2010

Pandangan Logis Pelatihan Aktivasi Otak Tengah

Perbincangan mengenai pelatihan otak tengah dan perlu tidaknya otak tengah tersebut diaktifkan, begitu semarak di berbagai belahan negeri ini. Masyarakat semakin memahami pentingnya mengoptimalkan otak secara integral baik belahan otak kanan maupun otak kiri. Mereka mencari tahu apakah dengan mengaktivasi otak tengah kecerdasan seseorang akan semakin bertambah, atau bahkan mengubah mereka menjadi jenius, serta memiliki berbagai kecerdasan lain yang supra-natural.

Sampai hari ini, belum ada satupun publikasi ilmiah yang menyatakan bahwa otak tengah dapat diaktifkan untuk meng-upgrade manusia menjadi jenius. Induksi lateralisasi aktifitas otak tengah menurut sebuah tulisan ilmiah tahun 2005 malahan dapat mengakibatkan mental stress (tekanan mental) dan berbagai stress lain yang akan memicu gangguan irama jantung dan kematian mendadak (sudden death). Ini ditulis oleh Lely Setyawati Kurniawan, seorang Psikiater, Staf Dosen di Bagian Psikiatri FK. Udayana/RSUP Sanglah Denpasar, konsultan Forensik Psikiatri.

Sementara bila kita melihat definisi jenius, ada beberapa kriterianya. Range IQ normal adalah 90 – 110. Dengan IQ normal seorang anak bisa tamat Sekolah Menengah Umum, sebagian bahkan tamat Strata Satu. Di atas angka tersebut seseorang disebut Superior, di atasnya lagi adalah Very Superior, dan jika IQ nya lebih dari 180 orang akan disebut jenius. Banarkah pelatihan aktivasi otak tengah merubah anak dalam dua hari menjadi jenius?

Terlepas dari semua itu, sebenarnya ada banyak pembelajaran baru bagi masyarakat dalam memperlakukan otak khususnya dalam mengoptimalkannya. Perhatian mulai muncul bahkan santer dibicarakan, apalagi pelatihan ini diperuntukkan bagi anak dengan batasan usia yang telah ditentukan. Orang tua pun unjuk suara, menginginkan ikut serta dalam kelas pelatihan agar kemampuan merubah menjadi jenius dalam waktu singkat bisa dilakukan.

Fenomena Pelatihan Aktivasi Otak Tengah
Ketika saya ketemu dengan seorang spesialis saraf terkemuka pada acara Kemendiknas di Yogyakarta awal Mei lalu, ada sedikit pembicaraan yang menarik. Beliau mengatakan, “sebenarnya bagi kami, yang namanya otak tengah itu hal yang biasa dan begitulah adanya. Yang menjadi tidak biasa tuh karena adanya orang-orang pebisnis seperti anda ini”. Pernyataan ini menggelitik sekaligus menjadi bahan masukan dan pemikiran para pelaku bisnis pelatihan otak tengah. Setidaknya ketika hendak berbisnis pelatihan otak tengah, terlebih dahulu tahu pengetahuan tentang otak secara integral minimal punya konsultan di bidangnya.

Kata aktivasi yang menyertai pelatihan ini saja menjadi bahan perbincangan yang cukup santer. Otak kok diaktifkan, emang selama ini pasif? Trus kenapa kalau pasif kok masih bisa berpikir dan menjalankan aktivitas sehari-hari?

Serangkaian pertanyaan tersebut memang wajar hadir pada masyarakat kalangan awam. Ada yang memandang dari sisi bisnis saja dan ada yang memandang dari sisi medis atau pun neuro anatomi. Keduanya perlu disatukan untuk pemahaman yang lebih utuh dan meluruskannya. Bahasa yang tepat baik secara bisnis dan medis adalah “stimulasi”. Namun tidak hanya otak tengah yang disoroti, karena otak bekerja saling berinteraksi satu belahan dengan belahan yang lainnya. Maka yang tepat adalah whole brain training atau pelatihan optimalisasi seluruh bagian otak.

Pelatihan stimulasi otak akan berkembang cukup bermanfaat bila masyarakat memandang sebagai sebuah produk latihan kebugaran fisik yang mengkhususkan diri pada upaya mempertahankan kebugaran otak manusia. Secara neurologi (ilmu tentang otak), pemeliharaan otak dilakukan melalui kegiatan pemeliharaan struktural dan fungsional.
Pemeliharaan otak secara struktural memerlukan suplai darah, oksigen, dan energi yang cukup ke otak hingga diharapkan struktur otak akan terpelihara. Dengan terpeliharanya struktur otak secara optimal, fungsi otak pun akan menjadi lebih optimal. Namun, bagaimana caranya?

Pemeliharaan fungsional otak sebenarnya dapat dilakukan dengan berbagai proses belajar, diantaranya belajar gerak, belajar mengingat, belajar merasakan, belajar melihat, dan lain-lain. Semua proses belajar itu akan selalu merangsang pusat-pusat otak (brain learning stimulation). Pasalnya, di dalam otak terdapat pusat-pusat yang mengurus berbagai fungsi tubuh, seperti gerakan, arah rasa gerakan, rasa kulit, rasa sikap, rasa gerakan, berbahasa, baca, tulis, pusat penglihatan, pendengaran, dan lain-lain.

Otak dapat diibaratkan sebagai komputer istimewa. Perilaku manusia tergantung pada program-program yang ada di dalamnya. Sementara chips-nya otak adalah sel saraf neuron. Neuron adalah sel yang mempunyai jaluran-jaluran. Jaluran yang menghantar rangsang ke badan sel yang mengandung inti di dalamnya disebut dendrite. Sedangkan, juluran yang menghantar rangsang keluar dari badan sel disebut akson. Jumlah sel saraf dalam otak ± 1010 buah.

Sel-sel saraf yang berhubungan satu dengan yang lainnya, membentuk suatu jaringan perkawatan. Hubungan satu sel saraf dengan sel saraf lainnya itu disebut sinapsis.
Makin rimbun hubungan antar sel saraf, makin tinggi kecerdasannya. Tingkat kecerdasan tidak berkaitan dengan besar atau berat otak.

Makin banyak dan baik asupan program yang terjadi pada proses belajar, makin banyak percabangan juluran sel saraf yang terjadi. Ini berarti daya mengingat meingkat. Jadi, ingatan terwujud sebagai cabang-cabang juluran sel saraf dengan sinapsis-sinapsisnya.

Jumlah sel saraf tidak dapat bertambah, malahan menyusut dengan bertambahnya usia. Tetapi, percabangannya dapat terbentuk terus hingga usia lanjut. Namun seperti juga hokum yang berlaku di ala mini bahwa alat yang tidak digunakan akan aus atau melisut, otak pun mengalami hal itu. Bila tidak digunakan, otak akan melisut. Percabangan juluran sel saraf akan rusak dan menggersang.

Latihan mental yang rutin dan berulang adalah pembelajaran terbaik dan bisa dilakukan untuk menghindari pelisutan itu. Latihan tersebut menjadi satu cara pengasupan program ke dalam otak. Untuk soal latihan ini, senam bisa dikatakan ada di dalamnya. Dalam senam sudah pasti teradi pemrograman gerakan dalam otak. Pasalnya, gerakan-gerakan yang diajarkan tentu haruslah diingat. Dan, sudah tentu ada banyak hal bermanfaat lain yang bisa didapatkan dari melakukan berbagai gerakan. Misalnya, gerakan yang menyebabkan fungsi otak belahan kiri dan kanan bekerja sama akan memperkuat hubungan antara kedua belahan otak. Atau, gerakan mata yang mengikuti gerakan tangan akan melatih hubungan antara pusat penglihatan dan pusat gerakan. Atau juga, dengan melatih fungsi keseimbangan, kita merangsang beberapa bagian otak yang mengaturnya, seperti otak kecil, pusat gerakan yang ada di bagian dahi, pusat rasa sikap dan rasa gerakan yang ada di bagaian ubun-ubun, dan lain sebagainya. Lagi pula pelatihan fungsi keseimbangan berpengaruh baik terhadap pengendalian emosi.

Pelatihan Optimalisasi Seluruh Bagian Otak (POSBiO)
Lantas apa yang dimaksud dengan Pelatihan POSBiO? Latihan ini merupakan penyelarasan fungsi gerak, pernapasan, dan pusat berpikir (memori, imajinasi). Rangkaian gerakan yang terangkum dalam latihan ini tidak hanya melibatkan pusat-pusat gerakan otot-otot tertentu di otak (Homunculus) dengan gerakan menyilang (Korpus Kalosum), tetapi juga melibatkan beberapa pusat yang lebih tinggi di otak (High Cortical Functions).

Sebagaimana pada awal pembahasan, bicara tentang otak tentunya tidak terlepas dengan fungsinya dan strukturnya. Penekanan pada fungsi, otak bisa optimal ketika memperlakukannya dengan teori pembelajaran yang tepat. Saat ini, ada dua teori pembelajaran yaitu teori pembelajaran konvensional dan teori pembelajaran otak. Teori pembelajaran konvensional adalah proses pengambilan, pengolahan dan pengeluaran informasi dari suatu materi dalam tahapan pendidikan yang dilakukan secara sadar dalam kelas. Sementara teori pembelajaran otak yaitu proses mengubah ingatan jangka pendek, menjadi ingatan jangka panjang. Merupakan proses kontinyu dari pembelajaran non deklaratif dan pembelajaran deklaratif.

Bila tujuan pembelajaran adalah untuk mengefisiensikan penggunaan otak dengan memanfaatkan potensi dan kerja otak, maka teori pembelajaran otak menjadi penting dan perlu diterapkan pada lembaga pendidikan sekarang ini.

Fungsional otak dalam proses belajar sangat tergantung dengan kemampuan High Cortical Function seseorang. High Cortical Function terdiri dari kemampuan attention (daya perhatian atau tingkat kefokusan), language (kemampuan mengenal warna dan benda di sekitarnya serta mengungkapkannya kembali dalam bentuk kata), memory (daya ingat), visuospatial (sensorik, motorik dan autonom) dan executive function (menggunakan otak secara optimal untuk aktivitas hidup sehari-hari).

Janin, anak, remaja dan orang tua serta siapa pun yang peduli terhadap kehidupan yang lebih baik, setidaknya perlu untuk melakukan secara rutin pelatihan stimulasi otak.

Penulis
Aries S. Priyono, (Pemperhati pendidikan dan intelegensia)

Referensi
1. Latihan Vitalisasi Otak, Grasindo 2005, Prof. dr. Soemarmo Markam, Sp.S(K), dkk.
2. Parent Session, PT. International Brain Stimulation (IBS) 2010, dr. Adre Mayza, Sp.S(K).
3. Blog Grace Center, tulisan Lely Setyawati Kurniawan, Psikiater dan konsultan Forensik Psikiatri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar